Sedih sekali jika mendengar
segelintir orang yang masih percaya Al-Quran hanya sebuah FIKTIF,Khayalan dan
sebagainya. Lebih sedih lagi saat aku mendengar pemberitaan Al-Quran disebuah Negara
(No Mention that country) MEMBAKAR Al-Quran. Entah rencana itu jadi terlakasana
atau hanya sekedar rencana untuk mengompor-mgompori umat islam.
Disini, aku ingin sedikit
berbagi, betapa Menajubkannya Islam.. Bukan sekedar Dongeng dan Fiktif. Kini
isi-isi Al-Quran mulai terlihat faktanya setelah diteliti secara ilmiah. Salah
satunya yang telah aku tuliskan diblogku sebelumnya (
http://devinarizkakusuma.blogspot.com/2012/08/keajaiban-dibalik-gerakan-sholat.html
)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPgdNRTvwQWX5nA0v6Z-XvoP67kVZG9_C3BLGXY8pK2_ldAw2rTlSiDLtl3poyU_xQ4DRUW0E2xDAjeyIjBdGBEFEFZBGHcSAaNvbbYLDRJt-umv_m3XEb1i2miG54Ns4ANML03wo6XHU/s320/14.jpg) |
Jasad fir'an yang masih utuh |
Nah,di blog kali ini aku
ingin berbagi cerita mengenai kisah Fir’an yang tengglam dilaut merah. Ternyata
cerita itu terbukti FAKTA secara ilmiah oleh Prof. Dr. Maurice Bucaille.
Bucaille adalah ahli bedah kenamaan Prancis, dan pernah mengepalai klinik bedah
di Universitas Paris. Ia dilahirkan di Pont-L’Eveque, Prancis, pada 19 Juli
1920.
Informasi
yang tertulis di dalam AlQur’an, mengenai Fir’aun yang hidup pada masa nabi
Musa AS (setelah ia tenggelam di laut merah), dan keberadaan jasadnya yang masih
utuh hingga hari ini, merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT terhadap alam
semesta ini.
Pada 1975, di Cairo (Mesir) berhasil dilakukan
pengambilan salah satu sampel organ tubuh berkat bantuan dari Prof. Michel Durigon. Pemeriksaan
yang sangat teliti dengan microscop, menunjukkan kondisi utuh yang sangat
sempurna dari objek penelitian itu.
Hal itu menunjukkan bahwa
keutuhan yang sangat sempurna seperti ini
tidak mungkin terjadi andaikan jasad tersebut berada (tenggelam) di dalam laut
selama beberapa waktu, bahkan sekali pun ia berada untuk waktu yang sekian lama
di luar air, sebelum dilakukan langkah pengawetan pertama.
Di
pertengahan tahun 1975, sebuah tawaran dari pemerintah
Prancis datang kepada pemerintah Mesir. Negara Eropa tersebut
menawarkan bantuan untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Fir’aun.
Tawaran tersebut disambut baik oleh Mesir, mumi Fir’aun kemudian dibawa ke
Prancis.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjee4k6nhT2rrRhfHQuELj1DhXJ28JkvW-pIV7ZjevxfPdi5F1Q4_WdodyIFlJ0amY9lwDtSOfPEbJ9Y2_d9Bi8k3g5-iQ4vETriSAe6RJyypQx2zHejgcMvZmP3YD0NUTSK3MnAo3t86I/s640/kereta+tempur+yg+ditemukan+Wyatt.jpg) |
Bangkai roda Kereta Fir'aun yg ditemukan oleh Wyatt bersama tulang-tulang manusia dan kuda |
Bahkan, pihak Prancis membuat pesta penyambutan
kedatangan mumi Fir’aun yang dzalim itu, dengan pesta yang sangat meriah. Mumi
pun dibawa ke ruang khusus di Pusat Purbakala Prancis, dilakukanlah penelitian
sekaligus mengungkap rahasia yang ada di baliknya oleh para ilmuwan terkemuka
dan para pakar dokter bedah dan otopsi di Prancis.
Pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab
utama dalam penelitian mumi ini adalah Prof. Dr. Maurice Bucaille. Bucaille
adalah ahli bedah kenamaan Prancis, dan pernah mengepalai klinik bedah di
Universitas Paris. Ia dilahirkan di Pont-L’Eveque, Prancis, pada 19 Juli 1920.
Bucaille memulai kariernya di bidang kedokteran
pada 1945 sebagai ahli gastroenterology. Dan, pada 1973, ia ditunjuk menjadi
dokter keluarga oleh Raja Faisal dari Arab Saudi. Tidak hanya anggota keluarga
Raja Faisal, anggota keluarga Presiden Mesir kala itu, Anwar Sadat, juga
termasuk dalam daftar pasien yang pernah menggunakan jasanya.
''Dan (ingatlah) ketika Kami membelah laut untukmu, sehingga
kamu dapat Kami selamatkan dan Kami tenggelamkan (Fir'aun dan)
pengikut-pengikut Fir'aun, sedang kamu menyaksikan.'' (Al-Baqoroh:50)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAPJL0RsOTt0TIgiFdjVscAtEVX-OX7Uj1nlseo_r6DTs-F1lTssAcQtkmulXxvFNKqz0aOuBBmsoegn2NIvamDjtXegD6PeHlNsOmvWg8iuMnyOE9kvqRUqn93MJoGdx_kpCgI6LNhdw/s1600/exwheel2.jpg) |
Foto bangkai poros kereta kuda Fir'aun yg ditemukan dilaut merah |
|
|
Ketertarikan Bucaille terhadap Islam mulai muncul,
ketika secara intens dia mendalami kajian biologi dan hubungannya dengan
beberapa doktrin agama. Karenanya, sebuah kesempatan bagi Bucaille untuk
meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Fir’aun.Hasil akhir yang
diperolehnya sangat mengejutkan. Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh mumi
adalah bukti terbesar, bahwa dia mati karena tenggelam. Jasadnya dikeluarkan
dari laut, dan kemudian di balsem untuk segera dijadikan mumi agar
awet.Penemuannya itu masih mengganjal dalam pikiran sang professor. Bagaimana
jasad tersebut bisa lebih baik dari jasad-jasad mumi yang lain, padahal dia
dikeluarkan dari laut? Kami sudah melakukan lebih dari itu dan menitikkan
perhatian pada pencarian kemungkinan penyebab kematian Fir’aun, dimana
dilakukan penelitian medis legal terhadap mumi tersebut berkat bantuan
Ceccaldi, direktur laboratorium satelit udara di Paris dan Prof. Durigon.
Dalam pengecekan itu, tim medis berupaya mengetahui
sebab di balik kematian ‘ekspress’ akibat adanya memar di bagian kepala
tengkorak. Jelas pada setiap penelitian ini sangat sesuai dengan kisah-kisah
yang terdapat di dalam kitab-kitab suci, yang menyiratkan bahwa Fir’aun sudah
mati saat ombak menelannya.
Prof.
Bucaille lantas menyiapkan laporan akhir tentang sesuatu yang diyakininya
sebagai penemuan baru, yaitu tentang penyelamatan mayat Fir’aun dari laut dan
pengawetannya. Terkait dengan laporan akhir yang disusunnya, salah seorang
rekannya membisikkan sesuatu dan berkata : “Jangan tergesa-gesa, karena
sesungguhnya kaum Muslimin telah berbicara tentang tenggelamnya mumi ini”. Ya,
kita sebagai umat islam tahu dan yakin, jauh sebelum peneliti itu menmukan
fakta bahwa Fir’un meninggal tertelan omabk laut. Al-Quran sudah menuliskannya
dengan sangat detail dan terperinci. Subhanallah..
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfaBIquequfSFNCK1L-b3N9yhID3fsCpP11uu3h3RrwdlfVRkVwlvd_2k5UIJ1w8ytcgjPBqazNNVr37-LwhBVbweNumi9TpaJJXXDyYm5x2jD1GRtV9nyrVyWFIuHUlLH0lokXbZnSyM/s320/1944912713_small_1.jpg) |
Patung Fir'aun |
Awalnya Bucaille tidak menghiraukan kabar ini,
sekaligus menganggapnya mustahil. Menurutnya, pengungkapan rahasia seperti ini
tidak mungkin diketahui, kecuali dengan perkembangan ilmu modern, melalui
peralatan canggih yang mutakhir dan akurat.Hingga laporan akhirnya ini
diterbitkannya dengan judul “Les momies des Pharaons et la midecine” (Mumi
Fir’aun; Sebuah Penelitian Medis Modern). Berkat bukunya inilah, dia menerima
penghargaan “Le prix Diane-PotierBoes” (penghargaan dalam sejarah) dari
Academie Frantaise dan “Prix General” (Penghargaan umum) dari Academie
Nationale de Medicine, Prancis.Salah seorang di antara mereka berkata, bahwa Al
Qur’an yang diyakini umat Islam, telah meriwayatkan kisah tenggelamnya Fir’aun
yang kemudian diselamatkannya mayatnya. Ungkapan itu semakin membingungkan
Bucaille. Lalu, dia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin hal
itu bisa terjadi?
Bahkan, mumi tersebut baru ditemukan sekitar tahun
1898 M, sedangkan Al Qur’an telah ada ribuan tahun sebelumnya. Sementara dalam
kitab suci agama lain, hanya membicarakan tenggelamnya Fir’aun di tengah lautan
saat mengejar Musa, dan tidak membicarakan tentang mayat Fir’aun. Bucaille pun semakin
bingung dan terus memikirkan hal itu.
Prof. Bucaille akhirnya meminta untuk di datangkan
Kitab Taurat (Perjanjian Lama). Diapun membaca Taurat yang menceritakan :
“Airpun kembali (seperti semula), menutupi kereta, pasukan berkuda, dan seluruh
tentara Fir’aun yang masuk ke dalam laut di belakang mereka, tidak tertinggal
satu pun di antara mereka.”Prof. Bucaille melanjutkan, riwayat versi Taurat
yang terkait dengan kisah keberangkatan bangsa Yahudi bersama Musa AS dari
Mesir menguatkan analisa yang mengatakan bahwa Mineptah, pengganti Ramses II
adalah Fir’aun Mesir di masa nabi Musa AS.Penelitian medis terhadap mumi
Mineptah mengemukakan kepada kita, informasi penting lainnya mengenai apa
kemungkinan penyebab kematian Fir’aun ini. Kemudian dia membandingkan dengan
Injil. Ternyata, Injil tidak membicarakan tentang diselamatkannya jasad Fir’aun
yang masih tetap utuh.Oleh karenanya, ia pun semakin bingung. Setelah perbaikan
terhadap mayat Fir’aun dan pemumiannya, Prancis mengembalikan mumi tersebut ke
Mesir. Prof. Bucaille memutuskan untuk menemui sejumlah ilmuwan otopsi dari
kaum Muslimin.
Dari sinilah kemudian terjadi perbincangan untuk
pertama kalinya dengan peneliti dan ilmuwan Muslim. Ia bertanya tentang
kehidupan Musa, perbuatan yang dilakukan Fir’aun, dan pengejarannya terhadap
Musa, hingga dia tenggelam, dan bagaimana jasad Fir’aun diselamatkan dari laut.
Maka, berdirilah salah satu di antara ilmuwan Muslim tersebut, seraya
membuka mushaf Al Qur’an dan membacakan firman Allah SWT yang artinya :
“Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan
dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS. Yunus : 92)
Ayat ini pun lantas sangat menyentuh hati Bucaille. Ia mengatakan, bahwa
ayat Al Qur’an tersebut masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Hatinya
bergetar, dan getaran itu membuatnya berdiri di hadapan orang-orang yang hadir,
seraya menyeru : “Sungguh, aku masuk Islam dan aku beriman dengan Al Qur’an
ini.”
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwmHB_tSX0-eqyRzf31R4MglLVy1NZ_MIQ-zNAZiXHsoJVll-T9TpJlGwf5ExER3bTKiR31UtF7nnhUILBvcOdq-wNVtB4WrxEgWGOg4xfOPQIhBO1mB9vbxIxHsm7ff01FXAEp2BP6-M/s1600/image001.jpg) |
Prof.Dr.Bucaille yg kini masuk Islam dan berganti nama Prof.Dr.Yahya maurice |
Ia pun kembali ke Prancis dengan wajah baru, dan nama Islam yang Baru,
“Prof. Dr. Yahya Maurice Bucaille ”.
Sejak memeluk Islam, ia menghabiskan
waktunya untuk meneliti tingkat kesesuaian hakikat ilmiah dan penemuan-penemuan
modern dengan Al Qur’an, serta mencari satu pertentangan ilmiah yang
dibicarakan Al Qur’an.
Namanya mulai terkenal ketika ia merangkum semua hasil penelitiannya
tersebut yang kemudian dibukukan dengan judul “La Bible, le Coran et la
Science” (Bibel, Al Qur’an, dan Ilmu Pengetahuan Modern). Buku yang dirilis
tahun 1976 ini, menjadi best-seller internasional dan diterjemahkan ke hampir
semua bahasa.
Sumber:
http://siradel.blogspot.com/2011/02/misteri-utuhnya-jasad-firaun-yang.html
Buku 'The Bible Quran and Science" karya Prof.Dr. Yahya Maurice Bucaille
http://bestfard.wordpress.com/2012/03/16/hidayah-ayat-alquran-dari-mumi-firaun/